IPS
Masyarakat Multikultural
Pengertian dan Ciri-ciri Masyarakat
Multikultural
Sebenarnya apa sih pengertian
Masyarakat Multikultural ? Apa pula ciri-ciri yang dimiliki masyarakat
multikultural ? Sebagaimana telah banyak diketahui, bahwa masyarakat merupakan
kategori yang paling umum untuk menyebut suatu kumpulan manusia yang saling
berinteraksi secara kontinyu dalam suatu wilayah atau tempat dengan batas-batas
geografik, sosial, atau kultural yang tertentu. Terdapat istilah-istilah yang
lebih khusus yang digunakan untuk menyebut pengumpulan manusia dengan
karakteristik tertentu. Misalnya masyarakat desa atau masyarakat kota, juga
dapat dalam lingkup ruang geografik yang lebih kecil, misalnya Rukun Tetangga,
Rukun Kampung, dusun, dan sebagainya.
Untuk wilayah sosial, dapat berupa kelas atau kelompok
sosial tertentu. Misalnya untuk yang berjenjang dapat berupa kelas atas, kelas
menengah, atau kelas bawah, sedangkan yang tidak berjenjang dapat juga kelompok
kiri, kanan, atau tengah, berbagai kelompok profesi, atau sebagaimana
diungkapkan Geertz, ada kelompok santri, priyayi, atau abangan. Untuk kategori
wilayah kebudayaan, dapat berupaka sukubangsa atau kelompok-kelompok agama.
Demikianlah, sehingga sekali lagi
masyarakat merupakan penyebutan yang paling umum dan general untuk sebuah
pengumpulan manusia pada suatu wilayah. Apa yang dimaksud dengan masyarakat
multikultural? Masyarakat jenis ini kadang disebut sebagai masyarakat majemuk
atau plural society.
Istilah plural society, pertama kali
digunakan oleh JS Furnival untuk menyebut masyarakat masyarakat yang terdiri
atas dua atau lebih tertib sosial, komunitas atau kelompok-kelompok yang secara
kultural, ekonomi dan politik terpisah-pisah serta memiliki struktur
kelembagaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, atau dengan kata lain
merupakan suatu masyarakat di mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai
kesatuan sosial yang menjadi bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para
anggotanya kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.
Istilah plural atau majemuk sebenarnya
berbeda dengan pengertian heterogen.Majemuk atau plural itu merupakan lawan
dari kata singular atau tunggal.Sehingga, masyarakat plural itu bukan
masyarakat yang tunggal. Masyarakat tunggal merupakan masyarakat yang mendukung
satu sistem kebudayaan yang sama, sedangkan pada masyarakat plural, di dalamnya
terdapat lebih dari satu kelompok baik etnik maupun sosial yang menganut sistem
kebudayaan (subkultur) berbeda satu dengan yang lain. Sebuah masyarakat kota,
mungkin tepat disebut sebagai masyarakat heterogen, sepanjang meskipun mereka
berasal dari latar belakang SARA (sukubangsa, agama, ras, atau pun
aliran/golongan-golongan) yang berbeda, tetapi mereka tidak mengelompok
berdasarkan SARA tersebut. Heterogen lawan dari kondisi yang disebut
homogen.Disebut homogen kalau anggota masyarakat berasal dari SARA yang secara
relatif sama. Disebut heterogen kalau berasal dari SARA yang saling berbeda,
namun sekali lagi mereka tidak mengelompok (tersegmentasi) berdasarkan SARA
tersebut.
Selanjutnya, suatu masyarakat disebut
multikultural, majemuk, atau plural apabila para anggota-anggotanya berasal
dari SARA yang saling berbeda, dan SARA tersebut menjadi dasar pengelompokan
para anggota masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdiri atas dua atau lebih
kelompok etnis maupun sosial yang didasarkan pada SARA yang pada umumnya
bersifat primordial, dan masing-masing mengembangkan subkultur tertentu.
Interaksi antar-kelompok lebih rendah daripada interaksi internal kelompok.
Bahkan, di dalam banyak masyarakat majemuk, struktur sosial yang ada sering
bersifat konsolidatif, sehingga proses menuju integrasi sosialnya terhambat.
Agar lebih jelas, berikut dikemukakan
ciri masyarakat multikultural menurut van Den Berghe :
1. Mengalami segmentasi ke dalam kelompok-kelompok
dengan subkultur saling berbeda
2. Memiliki struktur yang terbagi ke
dalam lembaga-lembaga yang nonkomplemen
3. Kurang dapat mengembangkan konsensus
mengenai nilai dasar
4. Relatif sering mengalami konflik
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh
di atas paksaan, dan/atau
6. Ketergantungan ekonomi, dan/atau
7. Dominasi politik oleh suatu kelompok
terhadap kelompok yang lain
Konfigirasi
masyarakat multikultural.
Furnival mengemukakan bahwa apabila
dilihat dari konfigurasi etnis atau kelompok yang menjadi unsurnya, paling
tidak terdapat empat macam masyarakat majemuk, yaitu:
1.
Masyarakat
majemuk dengan konfigurasi kompetisi seimbang.
Di antara
kelompok-kelompok yang ada, masing-masing mempunyai kekuatan kompetisi yang
seimbang, tidak ada satupun kelompok yang dapat menguasai yang lain. Integrasi
sosial sebagai sebuah masyarakat besar tidak mudah terjadi, kecuali kalau ada
di antara kelompok-kelompok tersebut yang berhasil membangun koalisi lintas
kelompok, misalnya lintas etnik yang membentuknya.
2.
Masyarakat
majemuk dengan konfigurasi maioritas dominan.
Di antara
kelompok-kelompok yang ada terdapat satu kelompok besar dan berkuasa.
3.
Masyarakat
majemuk dengan konfigurasi minoritas dominan Di antara kelompok-kelompok yang
ada terdapat satu kelompok yang kecil tetapi berkuasa
4.
Masyarakat
majemuk dengan konfigurasi fragmental.
Terdiri atas
kelompok-kelompok kecil yang satu dengan yang lain saling terpisah dan sangat
terbatas interaksi dan komunikasinya. Sama dengan konfigurasi kompetisi
seimbang, masyarakat majemuk jenis ini pun integrasi sosial hanya dapat dicapai
apabila terjadi koalisi lintas etnis.
Faktor-faktor peyebab kemajemukan :
Meskipun menurut sejarah, masyarakat Indonesia
relatif berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi karena keadaan
geografiknya, akhirnya masyarakat Indonesia bersifat majemuk. Kondisi geografik
yang menjadi penyebab kemajemukan masyarakat, adalah
1.
Bentuk
wilayah yang berupa kepulauan. Kondisi ini mengakibatkan, meskipun berasal dari
nenek moyang yang sama, tetapi akhirnya mereka terpisah-pisah di pulau-pulau
yang saling berbeda, sehingga masing-masing terisolasi dan mengembangkan
kebudayaan sendiri. Jadilah masyarakat Indonesia mengalami kemajemukan ethnik
atau sukubangsa.
2.
Letak
wilayah yang strategis, di antara dua benua dan dua samudera, kondisi ini
mengakibatkan Indonesia banyak didatangi oleh orang-orang asing yang membawa
pengaruh unsur kebudayaan, antara lain –yang paling menonjol– adalah agama.
Kondisi ini mengakibatkan masyarakat Indonesia majemuk dalam hal agama.Lima
agama besar dunia ada di Indonesia.Lima agama besar yang dimaksud adalah (1)
Hindu (pengaaruh India), (2) Budha (pengaruh bangsa-bangsa Asia), (3) Katholik
(pengaruh kedatangan bangsa portugis), (4) Kristen (pengaruh kedatangan bangsa
Belanda), dan (5) Islam (pengaruh masuknya pedagang-pedagang dari Timur
Tengah).
3.
Variasi
iklim, jenis serta kesuburan tanah yang berbeda di antara beberapa tempat,
misalnya daerah Indonesia bagian Timur yang lebih kering, tumbuh menjadi
sukubangsa peternak, daerah Jawa dan Sumatra yang dipengaruhi vulkanisme tumbuh
menjadi daerah dengan masyarajat yang hidup dari bercocok tanam. Variasi iklim
dan jenis serta kesuburan tanah ini mengakibatkan masyarakat Indonesia majemuk
dalam hal kultur, antara lain cara hidup.
Bentuk Struktur Sosial Masyarakat
Majemuk
1.
Struktur
sosial yang terinterseksi (intersected social structure) Kelompok-kelompok
sosial yang ada dalam masyarakat dapat menjadi wadah beraktivitas dari
orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang sukubangsa, agama, ras,
dan aliran. Dalam bentuk struktur sosial yang demikian keanggotaan para anggota
masyarakat dalam kelompok sosial yang ada saling silang-menyilang sehingga
terjadi loyalitas yang juga silang-menyilang (cross-cutting affiliation dan
cross-cutting loyalities). Bentuk struktur yang terinterseksi mendorong
terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat multicultural.
2.
Struktur
sosial yang terkonsolidasi (consolidated social structure) Dalam bentuk
struktur yang demikian, kelompok-kelompok sosial yang ada hanya mewadahi
orang-orang yang berlatar belakang sukubangsa, agama, ras, atau aliran yang
sama. Sehingga terjadi tumpang tindih parameter dalam pemilahan struktur
sosial. Orang Bali akan identik dengan orang Hindu, orang Melayu identik dengan
orang Islam. Partai tertentu identik dengan orang Islam, partai yang lain
identik dengan orang Kristen, dan seterusnya. Bentuk struktur sosial yang
semacam ini akan menghambat terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat
multicultural, karena akan terjadi pertajaman prasangka antar-kelompok.
Struktur sosial terpilah dengan parameter yang tumpang tindih, pemilahan
berdasarkan sukubangsa tumpang tindih dengan pemilahan berdasrkan agama, ras,
aliran, atau kelas-kelas sosial dan ekonomi. Ikatan dalam kelompok dalam akan
sangat kuat, tetapi akan menimbulkan prasangka terhadap kelompok luarnya.
Perilaku dalam
masyarakat multikultural
Dalam kehidupan masyarakat
multikultural, sering tidak dapat dihindari berkembangnya faham-faham atau cara
hidup yang didasarkan pada ethnosentrisme, primordialisme, aliran,
sektarianisme, dan sebagainya.
1.
Ethnosentrisme
merupakan faham atau sikap menilai kebudayaan sukubangsa/kelompok lain
menggunakan ukuran yang berlaku di sukubangsa kelompok/masyarakat sendiri
2.
Primordialisme
merupakan tindakan memperlakukan secara istimewa (memberi prioritas)
orang-orang yang latarbelakag sukubangsa, agama, ras, aliran atau golongan yang
sama dalam urusan publik.
3.
Kronisme:
memprioritaskan teman. Nepotisme = memprioritaskan anggota keluarga.
4.
Politik
aliran merupakan kehidupan perpolitikan yang didasarkan pada faktor-faktor
primordial (SARA)
5.
Prasangka
dan stereotipe ras/etnis adalah penilaian suatu ras/etnis berdasarkan pendapat
orang banyak yang belum pernah dibuktikan tetapi dianggap benar
Proses integrasi dalam masyarakat
multikultual
Integrasi sosial tidak hanya sebuah
ungkapan normatif, melainkan juga telah lama menjadi persoalan akademik. Secara
sosiologis, terdapat dua pendekatan:
1.
konsensus
yang lebih menekankan pada dimensi budaya (teori struktural fungsional), dan
2.
konflik
yang lebih menekankan dimensi struktural (teori struktural konflik).
Menurut pendekatan konsensus integrasi
dapat dicapai melalui suatu kesepakatan tentang nilai dasar (common platform);
sedangkan menurut pendekatan konflik, integrasi hanya dapat dicapai melalui
dominasi satu kelompok atas lainnya.
Integrasi sosial dalam masyarakat
majemuk dipengaruhi oleh beberapa ha, misalnya:
1.
struktur
sosialnya, apakah interseksi atau konsolidasi,
2.
faham
atau ideologi, yang berkembang dalam masyarakat apakah ethnosentrisme,
primordialisme, aliran, sektarianisme, dan lain-lain, ataukah faham relativisme
kebudayaan,
3.
apakah
dapat berlangsung koalisi,
4.
apakah
dapat membangun konsensus tentang nilai dasar,
5.
apakah
berlangsung proses-proses menuju akulturasi budaya majemuk, dan
6.
adakah
kelompok dominan.
Struktur sosial yang bersifat
intersected, berkembangnya faham relativisme kebudayaan, koalisi lintas-etnis,
konsensus tentang nilai dasar, akulturasi budaya majemuk, dan adanya kelompok
dominan merupakan faktor-faktor yang mendorong berlangsungnya integrasi sosial
dalam masyarakat majemuk.
Multikulturalisme
dalam masyarakat multikultural
Multikulruralisme pada dasarnya
merupakan cara pandang yang mengakui dan menerima adanya perbedaan-perbedaan cara
berfikir, cara berperasaan, dan cara bertindak dalam masyarakat yang bersumber
dari adanya latar belakang sukubangsa, agama, ras, atau aliran yang berbeda.
Multikulturalisme lahir karena adanya
kesadaran bahwa di masa lalu hubungan di antara warga masyarakat dalam majemuk
lebih conderung didasarkan pada primordialisme, ethnosentrisme dan
aliran.Sehingga di dalam masyarakat majemuk terdapat potensi konflik di antara
kelompok-kelompok atau golongan-golongan sosial yang ada. Hubungan yang
demikian menimbulkan masalah dalam proses integrasi sosial dalam masyarakat
majemuk. Lahirlah faham multikulturalisme yang lebih didasarkan pada pandangan
tentang relativisme kebudayaan.Bahwa pada dasarnya setiap kelompok atau
golongan sosial, baik itu sukubangsa, agama, ras, ataupun aliran memiliki
ukuran-ukuran dan nilai-nilainya sendiri tentang suatu hal, meskipun tidak
tertutup kemungkinan ditemukakannya common platform atau kesamaan di antara
kelompok atau golongan-golongan yang saling berbeda itu.
Karakteristik Masyarakat
Multikultur
Pengertian
Keragaman suku bangsa di Indonesia telah menimbulkan adanya
perbedaan tradisi pada masyarakat.Begitu juga dengan ras, agama ataupun
profesi.Perbedaan tradisi yang beragam ini harus mampu dijadikan sebagai aset
bangsa bukan sebaliknya sebagai pemicu perpecahan. Apakah Indonesia merupakan
contoh masyarakat multikultural ? Masyarakat multikultural secara sederhana
adalah masyarakat yang memiliki beragam kebudayaan yang berbeda-beda.Istilah
ini umumnya dipakai untuk menggambarkan sebuah masyarakat yang terdiri dari
kelompok-kelompok atau suku-suku bangsa yang berbeda kebudayaan.
Karakteristik Masyarakat Multikultural
Berbagai kelompok sosial-budaya atau suku-suku bangsa umumnya terikat oleh sebuah kepentingan bersama (the desire to be together) yang bersifat formal, yakni dalam bentuk sebuah negara. Dalam kosa kata sehari-hari, masyarakat multikultural ini lebih dikenal sebagai masyarakat majemuk.Masyarakat multicultural merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok sosial-budaya atau suku bangsa. Indonesia termasuk masyarakat multikultural, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor :
1.
Keadaan
Geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau telah
menimbulkan isolasi pada masyarakat. Isolasi geografis ini mengakibatkan
penduduk berbeda suku bangsa, kemudian mereka mengembangkan pola perilaku,
bahasa, dan ikatan-ikatan kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
2.
Pengaruh
Kebudayaan Asing yang menimbulkan terjadinya amalgamasi (kawin campur)
dan asimilasi budaya yaitu kaum pendatang dengan pribumi yang membentuk
kelompok sosial-budaya suku bangsa, agama, dan kepercayaan yang berbeda-beda di
Indonesia.
3.
Iklim
yang berbeda antara daerah yang satu dan daerah lain sehingga menimbulkan
kondisi alam yang berbeda dan akhirnya membentuk pola-pola perilaku dan sistem
mata pencaharian yang berbeda - beda pula. Apakah setiap Negara di dunia
termasuk masyarakat multikultural ?
Karakteristik masyarakat
multikultural menurut Pierre L. van der Berghe diantaranya sebagai
berikut:
1.
Terjadinya
segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok yang sering kali memiliki
subkebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain. Misalnya Indonesia dengan
beragam suku bangsanya.
2.
Memiliki
struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer (tidak saling melengkapi). Dalam masyarakat multicultural,
antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya memiliki struktur
sosial yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan masyarakatnya.
3.
Kurang
mengembangkan konsensus (kesepakatan).
Adanya latar belakang budaya yang berbeda sehingga dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat cenderung dengan cara voting (suara terbanyak) jarang dengan cara konsensus.
Adanya latar belakang budaya yang berbeda sehingga dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat cenderung dengan cara voting (suara terbanyak) jarang dengan cara konsensus.
4.
Secara
relative sering mengalami konflik.
Kondisi ini disebabkan dalam masyarakat multicultural terdapat keragaman dalam berbagai aspek seperti, tradisi, agama, bahasa dan perbedaan lainnya.
Kondisi ini disebabkan dalam masyarakat multicultural terdapat keragaman dalam berbagai aspek seperti, tradisi, agama, bahasa dan perbedaan lainnya.
5.
Secara
relative integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan
di dalam bidang ekonomi.
Pengaruh kondisi geografis menyebabkan adanya perbedaan tradisi antara masyarakat satu dengan lainnya. Sehingga proses integrasi atau penyatuan masyarakat dilakukan cenderung dengan cara paksaan. Dan adanya keterbatasan geografis juga menimbulkan ketergantungan ekonomi antarmasyarakat di daerah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengaruh kondisi geografis menyebabkan adanya perbedaan tradisi antara masyarakat satu dengan lainnya. Sehingga proses integrasi atau penyatuan masyarakat dilakukan cenderung dengan cara paksaan. Dan adanya keterbatasan geografis juga menimbulkan ketergantungan ekonomi antarmasyarakat di daerah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
6.
Terdapat
dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain.
Dominasi yang dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.
Dominasi yang dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.
Keberagaman Budaya Nusantara
BUDAYA SUKU TENGGER
SEJARAH
Menurut mitos atau legenda yang berkembang di masyarakat
suku Tengger, mereka berasal dari keturunan Roro Anteng yang merupakan putri
dari Raja Brawijaya dengan Joko Seger putra seorang Brahmana. Nama suku Tengger
diambil dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, “Teng” dari Roro
Anteng dan “Ger” dari Joko Seger. Legenda tentang Roro Anteng dan Joko Seger
yang berjanji pada Dewa untuk menyerahkan putra bungsu mereka, Raden Kusuma
merupakan awal mula terjadinya upacara Kasodo di Tengger.
Menurut beberapa ahli sejarah, suku Tengger merupakan penduduk asli orang Jawa yang pada saat itu hidup pada masa kejayaan Majapahit.Saat masuknya Islam di Indonesia (pulau Jawa) saat itu terjadi persinggungan antara Islam dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa, salah satunya adalah Majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam, kemudian melarikan diri ke wilayah Bali dan pedalaman di sekitar Gunung Bromo dan Semeru. Mereka yang berdiam di sekitar pedalaman Gunung Bromo ini kemudian mendirikan kampung yang namanya diambil dari akhiran nama pemimpin mereka yaitu Roro Anteng dan Joko Seger.
Menurut beberapa ahli sejarah, suku Tengger merupakan penduduk asli orang Jawa yang pada saat itu hidup pada masa kejayaan Majapahit.Saat masuknya Islam di Indonesia (pulau Jawa) saat itu terjadi persinggungan antara Islam dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa, salah satunya adalah Majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam, kemudian melarikan diri ke wilayah Bali dan pedalaman di sekitar Gunung Bromo dan Semeru. Mereka yang berdiam di sekitar pedalaman Gunung Bromo ini kemudian mendirikan kampung yang namanya diambil dari akhiran nama pemimpin mereka yaitu Roro Anteng dan Joko Seger.
DESKRIPSI LOKASI
Suku bangsa Tengger berdiam disekitar kawasan di pedalaman
gunung Bromo yang terletak di kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.Berdasarkan
persebaran bahasa dan pola kehidupan sosial masyarakat, daerah persebaran suku
Tengger adalah disekitar Probolinggo, Lumajang, (Ranupane kecamatan Senduro),
Malang (desa Ngadas kecamatan Poncokusumo), dan Pasuruan.Sementara pusat
kebudayaan aslinya adalah di sekitar pedalaman kaki gunung Bromo.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN :
1.
BAHASA
Bahasa yang berkembang di masyarakat suku Tengger adalah
bahasa Jawa Tengger yaitu bahasa Jawi kuno yang diyakini sebagai dialek asli
orang-orang Majapahit.Bahasa yang digunakan dalam kitab-kitab mantra pun
menggunakan tulisan Jawa Kawi. Suku Tengger merupakan salah satu sub kelompok
orang Jawa yang mengembangkan variasai budaya yang khas. Kekhasan ini bisa
dilihat dari bahasanya, dimana mereka menggunakan bahasa Jawa dialek tengger,
tanpa tingkatan bahasa sebagaimana yang ada pada tingkatan bahasa dalam bahasa
Jawa pada umumnya.
2.
PENGETAHUAN
Pendidikan pada masyarakat Tengger sudah mulai terlihat dan
maju dengan dibangunnya sekolah-sekolah, baik tingkat dasar maupun menengah
disekitar kawasan Tengger. Sumber pengetahuan lain adalah mengenai penggunaan
mantra-mantra tertentu oleh masyarakat Tengger.
3.
TEKNOLOGI
Dalam kehidupan suku Tengger, sudah mengalami teknologi
komunikasi yang dibawa oleh wisatawan-wisatawan domestik maupun mancanegara
sehingga cenderung menimbulkan perubahan kebudayaan. Suku Tengger tidak seperti
suku-suku lain karena masyarakat Tengger tidak memiliki istana, pustaka, maupun
kekayaan seni budaya tradisional.Tetapi suku Tengger sendiri juga memiliki
beberapa obyek penting yaitu lonceng perungggu dan sebuah padasan di lereng
bagian utara Tengger yang telah menjadi puing.
4.
RELIGI
Mayoritas masyarakat Tengger memeluk agama Hindu, namun
agama Hindu yang dianut berbeda dengan agama Hindu di Bali, yaitu Hindu Dharma.
Hindu yang berkembang di masyarakat Tengger adalah Hindu Mahayana.Selain agama
Hindu, agama laiin yang dipeluk adalah agama Islam, Protestan, Kristen, dll.Berdasarkan
ajaran agama Hindu yang dianut, setiap tahun mereka melakukan upacara Kasono.
Selain Kasodo, upacara lain yaitu upacara Karo, Kapat, Kapitu, Kawulo, Kasanga.
Sesaji dan mantra amat kental pengaruhnya dalam masyarakat suku
Tengger.Masyarakat Tengger percaya bahwa mantra-mantra yang mereka pergunakan
adalah mantra-mantra putih bukan mantra hitam yang sifatnya merugikan.
5.
ORGANISASI
SOSIAL
PERKAWINAN. Sebelum ada Undang-Undang perkawinan banyak
anak-anak suku Tengger yang kawin dalam usia belia, misalnya pada usia 10-14
tahun. Namun, pada masa sekarang hal tersebut sudah banyak berkurang dan pola
perkawinannya endogami.Adat perkawinan yang diterapkan oleh siuku Tengger tidak
berbeda jauh dengan adat perkawinan orang Jawa hanya saja yang bertindak
sebagai penghulu dan wali keluarga adalah dukun Pandita.Adat menetap setelah
menikah adalah neolokal, yaitu pasangan suami-istri bertempat tinggal di
lingkungan yang baru.Untuk sementara pasangan pengantin berdiam terlebih dahulu
dilingkungan kerabat istri.
Ø SISTEM KEKERABATAN.
Seperti orang Jawa lainnya, orang Tengger menarik garis
keturunan berdasarkan prinsip bilateral yaitu garis keturunan pihak ayah dan
ibu.Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak.
Ø SISTEM KEMASYARAKATAN
Masyarakat suku Tengger terdiri atas kelompok-kelompok desa
yang masing-masing kelompok tersebut dipimpin oleh tetua.Dan seluruh
perkampungan ini dipimpin oleh seorang kepala adat.Masyarakat suku Tengger amat
percaya dan menghormati dukun di wilayah mereka dibandingkan pejabat
administratif karena dukun sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat
Tengger. Masyarakat Tengger mengangkat masyarakat lain dari luar masyarakat
Tengger sebagai warga kehormatan dan tidak semuanya bisa menjadi warga
kehormatan di masyarakat Tengger. Masyarakat muslim Tengger biasanya tinggal di
desa-desa yang agak bawah sedangkan Hindu Tengger tinggal didesa-desa yang ada
di atasnya.
6.
MATA
PENCAHARIAN
Pada masa kini masyarakat Tengger umumnya hidup sebagai
petani di ladang. Prinsip mereka adalah tidak mau menjual tanah (ladang) mereka
pada orang lain. Macam hasil pertaniannya adalah kentang, kubis, wortel,
tembakau, dan jagung.Jagung adalah makanan pokok suku Tengger.Selain bertani, ada
sebagian masyarakat Tengger yang berprofesi menjadi pemandu wisatawan di Bromo.
Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menawarkan kuda yang mereka miliki
untuk disewakan kepada wisatawan.
7.
KESENIAN
Tarian khas suku Tengger adalah tari sodoran yang
ditampilkan pada perayaan Karo dan Kasodo. Dari segi kebudayaan, masyarakat
Tengger banyak terpengaruh dengan budaya pertanian dan pegunungan yang kental
meskipun sebagian besar budaya mereka serupa dengan masyarakat Jawa umumnya,
namun ada pantangan untuk memainkan wayang kulit.
Ø NILAI-NILAI BUDAYA
Orang Tengger sangat dihormati oleh masyarakat Tengger karena mereka selalu hidup rukun, sederahana, dan jujur serta cinta damai. Orang Tenggr suka bekerja keras, ramah, dan takut berbuat jahat seperti mencuri karena mereka dibayangi adanya hukum karma apabila mencuri barang orang lain maka akan datang balasan yaitu hartanya akan hilang lebih banyak lagi. Orang Tengger dangat menghormati Dukun dan Tetua adat mereka.
Orang Tengger sangat dihormati oleh masyarakat Tengger karena mereka selalu hidup rukun, sederahana, dan jujur serta cinta damai. Orang Tenggr suka bekerja keras, ramah, dan takut berbuat jahat seperti mencuri karena mereka dibayangi adanya hukum karma apabila mencuri barang orang lain maka akan datang balasan yaitu hartanya akan hilang lebih banyak lagi. Orang Tengger dangat menghormati Dukun dan Tetua adat mereka.
Ø ASPEK PEMBANGUNAN
Aspek pembangunan yang terlihat adalah pada sektor pariwisata misalnya dengan pembangunan-pembanguna akses-akses menuju gunung Bromo agar lebih mudah dijangkau oleh wisatawan.Desa Tosari merupakan salah satu pintu gerbang daerah Tengger, desa ini memanjang dari utara sampai selatan.Di tengah desa itu terdapat pasar dan tempat-tempat ibadah seperti masjid bagi umat Islam dan pura bagi umat Hindu. Selain itu terdapat pula kantor kelurahan, kantor kecamatan, dan koramil, kantor PKK, sekolah dasar, madrasah, taman-kanak-kanak, pos kesehatan, dan taman gizi serta puskesmas. Jadi desa-desa yang ada di wilayah Tengger sudah cukup maju.
Aspek pembangunan yang terlihat adalah pada sektor pariwisata misalnya dengan pembangunan-pembanguna akses-akses menuju gunung Bromo agar lebih mudah dijangkau oleh wisatawan.Desa Tosari merupakan salah satu pintu gerbang daerah Tengger, desa ini memanjang dari utara sampai selatan.Di tengah desa itu terdapat pasar dan tempat-tempat ibadah seperti masjid bagi umat Islam dan pura bagi umat Hindu. Selain itu terdapat pula kantor kelurahan, kantor kecamatan, dan koramil, kantor PKK, sekolah dasar, madrasah, taman-kanak-kanak, pos kesehatan, dan taman gizi serta puskesmas. Jadi desa-desa yang ada di wilayah Tengger sudah cukup maju.
SUKU SUNDA
SEJARAH
Sunda sebagai nama kerajaan kiranya baru muncul pada abad ke- 8 sebagai lanjutan atau penerus kerajaan Tarumanegara. Pusat kerajaannya berada disekitar Bogor, sekarang.Sejarah Sunda mengalami babak baru karena arah pesisir utara di Jayakarta (Batavia) masuk kekuasaan kompeni Belanda sejak (1610) dan dari arah pedalaman sebelah timur masuk kekuasaan Mataram (sejak 1625). Menurut RW. Van Bemelan pada tahun 1949, Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul.Suku Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indeonesia.Yaitu berasal dan bertempat tinggal di Jawa Barat.Daerah yang juga sering disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda.
Sunda sebagai nama kerajaan kiranya baru muncul pada abad ke- 8 sebagai lanjutan atau penerus kerajaan Tarumanegara. Pusat kerajaannya berada disekitar Bogor, sekarang.Sejarah Sunda mengalami babak baru karena arah pesisir utara di Jayakarta (Batavia) masuk kekuasaan kompeni Belanda sejak (1610) dan dari arah pedalaman sebelah timur masuk kekuasaan Mataram (sejak 1625). Menurut RW. Van Bemelan pada tahun 1949, Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul.Suku Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indeonesia.Yaitu berasal dan bertempat tinggal di Jawa Barat.Daerah yang juga sering disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda.
DESKRIPSI LOKASI
Secara cultural daerah Pasundan di daerah timur dibatasi oleh sungai-sungai Cilosari dan Citanduy, yang merupakan perbatassan bahasa.Wilayah ini sendiri memiliki luas 55.390 km² serta terdiri atas 20 kabupaten.Tanah Pasundan ini dikenal karena iklimnya yang sejuk dan keindahan panoramanya.Berada di daerah dataran tinggi dengan curah hujan tinggi sehingga kesuburan tanahnya tidak diragukan lagi.Pada tahu 1998, suku Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat.Nama mereka sering dianggap sebagai orang Sundan di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedia.Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese.
UNSUR-UNSUR BUDAYA :
1.
BAHASA
Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu
unda-usuk bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain
yaitu :
1. Bahasa Sunda lemes
(halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang
dituakan atau disegani.
2. Bahasa Sunda sedang
yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
3. Bahasa Sunda kasar
yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status
sosialnya lebih rendah. Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa
Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari
Jawa.
2.
RELIGI
Sebagain besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam,
namun ada pula yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll. Mereka itu tergolong
pemeluk agama yang taat, karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah
prioritas utama. Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu,
serta berhaji bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan
gaib.Terdapat juga adanya upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu
fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lainnya.
3.
TEKNOLOGI
Hasil-hasil teknologi terkini sangat mudah didapatkan seperti alat-alat yang digunakan untuk pertanian yang dasa jaman dulu masih menggunakan alat-alat tradisional, kini sekarang telah berubah menggunakan alat-alat modern, seperti traktor dan mesin penggiling padi. Disamping itu juga sudah terdapat alat-alat telekomunikasi dan barang elektronik modern.
Hasil-hasil teknologi terkini sangat mudah didapatkan seperti alat-alat yang digunakan untuk pertanian yang dasa jaman dulu masih menggunakan alat-alat tradisional, kini sekarang telah berubah menggunakan alat-alat modern, seperti traktor dan mesin penggiling padi. Disamping itu juga sudah terdapat alat-alat telekomunikasi dan barang elektronik modern.
4.
MATA
PENCAHARIAN
Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah :
Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah :
1.
Bidang
perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
2.
Bidang
pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
3.
Bidang
perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.
5.
ORGANISASI
SOSIAL
Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan kedua belh phak orang tua. Pada saat menikah, orang Sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar ketentuan agama.Setelah menikah, pengantin baru bisa tinggal ditempat kediaman istri atau suami, tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal ditempat baru atau neolokal. Dilihat dari sudut ego, orang Sunda mengenal istilh tujuh generasi keatas dan tujuh generasi ke bawah, antara lain yaitu :
Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan kedua belh phak orang tua. Pada saat menikah, orang Sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar ketentuan agama.Setelah menikah, pengantin baru bisa tinggal ditempat kediaman istri atau suami, tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal ditempat baru atau neolokal. Dilihat dari sudut ego, orang Sunda mengenal istilh tujuh generasi keatas dan tujuh generasi ke bawah, antara lain yaitu :
Ø
Tujuh
generasi keatas :
1.
Kolot
2.
Embah
3.
Buyut
4.
Bao
5.
Janggawareng
6.
Udeg-udeg
7.
Gantung
siwur
Ø
Tujuh
generasi kebawah :
1.
Anak
2.
Incu
3.
Buyut
4.
Bao
5.
Janggawareng
6.
Udeg-udeg
7.
Gantung
siwur
6. SISTEM PENGETAHUAN
Fasilitas
yang cukup memadai dalam bidang pengetahuan maupun informasi memudahkan
masyarakat dalam memilih institusi pendidikan yang akan mereka masuki dalam
berbagai jenjang. Seperti pada permulaan masa kemerdekaa di Jawa Barat terdapat
358.000 murid sekolah dasar, kemudian pada tahun 1965 bertambah menjadi
2.306.164 murid sekolah dasar. Jadi berarti mengalami kenaikan sebanyak
544%.Pada saat ini pada era ke- 20 disetiap ibukota kabupaten telah tersedia
universitas-universitas, fakultas-fakultas, dan cabang-cabang universitas.
7. KESENIAN
Masyarakat
Sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga banyak terdapat berbagai jenis
kesenian, diantaranya seperti :
1. Seni tari : tari
topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.
2. Seni suara dan musik
:
a.
Degung
(semacam orkestra) : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi, dll.
b. Salah satu lagu
daerah Sunda antara lain yaitu Bubuy bulan, Es lilin, Manuk dadali, Tokecang
dan Warung pojok.
3. Wayang golek
4. Senjata tradisional
yaitu kujang
0 komentar:
Posting Komentar